Malinau
Sempat Terkendala Bahasa, Namun Bukan Hambatan
DISKOMINFO MALINAU
11 August 2016
417 views

Sempat Terkendala Bahasa, Namun Bukan Hambatan

Sejak dicanangkan pada tahun 2011, dua dari lima program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T) dilaksanakan di Kabupaten Malinau. Yaitu program sarjana mendidik di daerah 3T (SM3T) dan program pendidikan profesi guru terintegrasi dengan kewenangan tambahan. Untuk SM3T, sejak 2011 sudah ada lima angkatan yang bertugas bergantian selama satu tahun di Kabupaten Malinau. Bagaimanakah kisah guru-guru muda ini mengabdi pada negara untuk mencerdaskan anak-anak bangsa di pelosok dan pedalaman Malinau ?

“Izinkan saya mewakili rekan-rekan SM3T angkatan V, Kabupaten Malinau dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk menyampaikan kesan dan pesan serta testimoni selama pelaksanaan SM3T di Kabupaten Malinau Tahun 2015 – 2016,” ujar Agung Ibrahim (24), Sarjana lulusan UNY, Fakultas Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ekonomi ini saat mewakili teman-teman satu angkatannya di acara pelepasan guru SM3T di ruang Laga Feratu, Kantor Bupati Malinau, Senin(8/8).

Dikatakan, dari Agustus 2015 hingga Agustus 2016, lengkap sudah satu tahun pengabdian SM3T dalam mengemban tugas dan amanat yang dibebankan oleh negara untuk mencerdaskan anak-anak bangsa di Kabupaten Malinau.

Maka dari itu, lanjutnya, sudah sepatutnya hal itu menjadi dasar dia dan teman-temannya untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena Tuhan Yang Maha Kuasa telah memberikan jalan, telah memberikan kemudahan-kemudahan, telah memberikan solusi dari hambatan-hambatan rintangan yang dihadapi selama menjalankan tugas dengan satu tujuan yaitu mencerdaskan dan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Sejak pertama kali bertugas, berbagai pengalaman mereka rasakan, mulai dari medan menuju lokasi penugasan yang tidak mudah, kemudian berjuang dan berusaha bagaimana caranya menciptakan pembelajaran yang menarik dalam kondisi serba keterbatasan dan juga kendala bahasa yang berbeda antara bahasa mereka dengan penduduk lokal.

Namun hal itu bukan menjadi hambatan, tidak menjadi rintangan, tidak membuat mereka putus asa, berhenti sampai di sana dan mengeluh, akan tetapi itu menjadi cambuk untuk semua guru SM3T untuk terus kreativ dan selalu inovatif.

“Kami menyadari bahwasanya sesungguhnya hambatan-hambatan itu tidaklah sebanding dengan pengalaman yang Kabupaten Malinau berikan kepada kami. Ibarat kata, jika kami memberikan satu pelajaran kepada Kabupaten Malinau, maka Kabupaten Malinau memberikan sejuta pengalaman kepada kami guru-guru SM3T,” ungkap Agung yang ungkapannya langsung disambut tepuk tangan dari seluruh tamu undangan yang hadir, termasuk Bupati Malinau Dr Yansen TP MSi dan Wakil Bupati Malinau Topan Amrullah SPd MSi yang melepas secara resmi guru SM3T pada acara tersebut.

Dituturkan, paradigma lama yang berkembang di masyarakat bahwasanya kabupaten perbatasan itu adalah kabupaten yang bodoh, tertinggal dan miskin, hal itu sama sekali 180 derajat berubah setelah mereka melihat dan menginjakan kaki di Malinau, yang notabene adalah kabupaten terluar, kabupaten perbatasan di Indonesia. Dan ditegaskannya, Kabupaten Malinau sangat jauh dari kata miskin, sangat jauh dari kata bodoh dan sangat jauh dari kata tertinggal.

“Kabupaten Malinau yang kami temui di sini yang sesuai dengan realita adalah kabupaten yang maju dan modern. Hal ini adalah salah satu indikator keberhasilan pemerintah Kabupaten Malinau dalam mengelola kabupaten perbatasan,” tegasnya.

Selain itu, dirinya dan teman-temannya temui di Malinau adalah keberagaman yang suku, agama dan latar belakang yang berbeda-beda namun menjadi sebuah keindahan karena semua saling menghargai, termasuk menghargai setiap tamu yang datang, seperti halnya mereka diterima sebagai guru untuk mengajar selama setahun di Malinau.

“Hal lain yang saya jumpai juga di Kabupaten Malinau adalah daerah yang sangat berpotensi untuk dijadikan tempat wisata alam dan juga wisata budaya dengan keragaman budaya, keragaman adat istiadat, suku, ras dan agama, namun hal itulah yang membuat Kabupaten Malinau menjadi satu, berdiri menyatu di atas perbedaan,” tuturnya.  (bersambung/fly)

sumber : kaltara.prokal.co

Komentar (0)

Tinggalkan Komentar

* Email Anda tidak akan dipublikasikan. Semua kolom wajib diisi.

Memuat komentar...