
18 Tahun Menanti, Budaya Sulawesi Tenggara Akhirnya Tampil di Panggung IRAU Malinau
Malinau – Suasana Panggung Budaya Padan Liu’ Burung pada Selasa (14/10/2025) sore terasa berbeda. Untuk pertama kalinya, Paguyuban Kerukunan Keluarga Sulawesi Tenggara (KKST) Kabupaten Malinau menampilkan prosesi adat dan budaya khas daerahnya dalam rangkaian HUT ke-26 Kabupaten Malinau dan IRAU ke-11 Tahun 2025.
Pagelaran ini menampilkan prosesi adat Pekakande-kandea, Kafoma-foma’a, dan Maata, yang merupakan tradisi masyarakat Buton (Wolio), Cia-Cia, dan Muna (Pancana) di Sulawesi Tenggara.
Tradisi ini biasanya dilaksanakan untuk menyambut para pahlawan yang kembali dari medan juang dengan membawa kemenangan gemilang. Disamping itu tradisi ini pun merupakan acara pertemuan muda mudi karena hanya pada acara seperti inilah remaja putera dan puteri memperoleh kesempatan bebas untuk saling pandang.
Dalam pelaksanaannya, masyarakat menyiapkan talam berisi makanan tradisional, lalu bersama-sama menyuapi dan menikmati hidangan sebagai simbol kehormatan dan sukacita.
Bupati Malinau Wempi W Mawa, S.E., M.H. yang hadir dalam kesempatan tersebut menyampaikan apresiasi tinggi kepada seluruh warga KKST.
“Kita bersyukur, 18 tahun menjadi bagian dari Kabupaten Malinau, dan baru tahun ini keluarga besar Sulawesi Tenggara tampil menampilkan budayanya. Ini luar biasa,” ujar Bupati.
“Sekalipun dalam perantauan, budaya dari orang tua jangan pernah dilupakan. Karena kekayaan seperti inilah yang memperkuat Indonesia berbeda-beda tapi tetap satu,” lanjutnya.
Dalam suasana penuh kehangatan, Bupati juga sempat bersenda gurau menanggapi prosesi adat Pekakande-kandea, di mana ia mendapat suapan makanan secara simbolis.
“Kalau di luar acara adat, bahaya ini disuapi orang lain di depan istri,” canda Bupati, disambut tawa para tamu undangan.
Lebih lanjut, Bupati Wempi mengajak seluruh masyarakat perantau, termasuk KKST, untuk terus menjaga persatuan dan kebersamaan di Bumi Intimung.
“Intimung ini rumah besar kita bersama. Mari rawat kerukunan, tetap kompak, dan terus dukung program pembangunan daerah,” pesannya.
Sementara itu, Ketua Paguyuban KKST Malinau Latafara, S.P., menyampaikan rasa bangganya karena akhirnya adat dan budaya Sulawesi Tenggara bisa tampil di panggung IRAU.
“Belum pernah ada budaya Sulawesi Tenggara yang tampil sebelumnya. Ini menjadi momentum bagi kami untuk menunjukkan jati diri dan kekayaan budaya daerah kami,” ujarnya.
Ia juga menegaskan komitmen warga KKST untuk terus mendukung program pembangunan Kabupaten Malinau.
Di akhir sambutannya, Latafara menegaskan pentingnya melestarikan nilai-nilai luhur melalui kegiatan kebudayaan.
“Budaya dan tradisi adalah identitas kita. Walau jauh dari kampung halaman, semangat dan warisan leluhur harus tetap hidup di perantauan,” tutupnya.
Pagelaran seni budaya KKST ini menjadi bukti bahwa keberagaman di Kabupaten Malinau terus tumbuh harmonis. Melalui panggung IRAU, setiap etnis dan paguyuban diberi ruang untuk memperkenalkan warisan budayanya, mempererat persaudaraan, dan memperkuat semangat “Berbeda-beda tetap satu” di Bumi Intimung.