Malinau
Ritual Mal-lunau di IRAU: Dayak Abai Menyapa dengan Kearifan Alam
Admin
23 October 2025
70 views

Ritual Mal-lunau di IRAU: Dayak Abai Menyapa dengan Kearifan Alam

Malinau – “Budaya adalah kita, dan kita adalah budaya itu sendiri.” Kalimat itu disampaikan Bupati Malinau Wempi W Mawa, S.E., M.H., saat memberikan sambutan dalam Pagelaran Seni Budaya Dayak Abai Malinau yang berlangsung di panggung budaya Padan Liu’ Burung, Selasa (14/10/2025).

Kegiatan ini menjadi bagian dari perayaan HUT ke-26 Kabupaten Malinau dan IRAU ke-11 Tahun 2025, sekaligus menjadi ruang ekspresi bagi masyarakat Dayak Abai untuk menampilkan kekayaan tradisi, seni, dan filosofi kehidupan yang diwariskan leluhur.

Dalam suasana yang hangat dan penuh kebanggaan, Bupati Wempi menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada masyarakat Dayak Abai yang telah berkontribusi dalam pembangunan daerah, sekaligus menjaga kelestarian budaya lokal.

“Jika kita bicara tentang budaya, maka budaya itu adalah akal dan budi. Setiap orang wajib menghargai, menjaga, dan melestarikannya,” ujar Bupati Wempi.

Ia menegaskan, budaya bukan sekadar simbol upacara, tetapi merupakan jati diri dan karakter masyarakat yang berakal budi. Ia juga menyinggung pentingnya memahami konteks budaya secara tepat. Salah satunya terkait pelaksanaan prosesi adat seperti minum pengasih yang telah diatur dalam perda tentang Penggunaan Minuman Beralkohol.

Menurutnya, aturan tersebut menegaskan bahwa minuman beralkohol hanya diperbolehkan untuk tiga kepentingan, yakni prosesi budaya, kesehatan, dan keagamaan. Dengan demikian, masyarakat dapat menjaga tradisi tanpa mengabaikan nilai-nilai moral dan hukum yang berlaku.

Lebih lanjut, Bupati Wempi mengapresiasi para generasi muda Dayak Abai yang terus melestarikan seni dan budaya leluhur. Ia mendorong agar semua tampilan atraksi budaya dalam rangkaian Irau didokumentasikan dan dibukukan oleh Dinas Pariwisata.

“Tulis dan rekam setiap penampilan budaya. Karena jika kita tidak meninggalkan jejak itu, maka budaya bisa punah bersama generasi tua. Biarkan generasi muda mengenal, mempelajari, dan melanjutkan warisan ini,” pesannya.

Dalam kesempatan itu, Bupati juga meminta Lembaga Adat Dayak Abai untuk segera menyelesaikan pembangunan Balai Adat, yang nantinya akan menjadi pusat pengembangan dan dokumentasi kebudayaan Abai di Malinau.

Tak hanya berhenti di situ, Bupati mengingatkan arti penting persatuan dalam keberagaman budaya. Ia mengibaratkan masyarakat Malinau seperti sapu lidi kecil bila sendiri, tetapi kuat bila disatukan.

“Sebesar apa pun tantangan, akan menjadi kecil jika kita bersatu. Karena keberhasilan Irau tahun ini bukan karena satu orang, melainkan karena kekuatan kebersamaan,” ucapnya disambut tepuk tangan meriah.

Sementara itu, Ketua Adat Dayak Abai Kabupaten Malinau, Yahya Yading, dalam sambutannya menegaskan bahwa Irau bukan sekadar pesta, tetapi perayaan jati diri masyarakat Abai.

“Kami bangga karena budaya Abai kembali berdiri tegak, bersanding mesra dengan seluruh kekayaan budaya lain di Bumi Intimung. Setiap tarian dan musik yang kami tampilkan hari ini bukan hanya hiburan, tetapi doa dan ungkapan syukur atas kehidupan dan persatuan,” ungkapnya.

Yahya menuturkan, masyarakat Dayak Abai memiliki ikatan spiritual yang kuat dengan alam. Hutan dan sungai bagi mereka adalah sumber kehidupan yang harus dijaga dengan kearifan lokal. Komitmen itu sejalan dengan visi pemerintah daerah dalam menjaga kelestarian hutan dan mendukung pembangunan berkelanjutan.

“Kami tahu, dengan menjaga adat berarti kami menjaga alam. Dengan menjaga alam, berarti kami menjaga masa depan Malinau,” ujarnya penuh makna.

Pagelaran seni budaya Dayak Abai Malinau menampilkan ritual tradisional “Mal-lunau”, upacara syukur atas hasil panen dan keberhasilan masyarakat dalam menjaga keseimbangan dengan alam. Upacara ini menjadi simbol bahwa hubungan manusia dengan alam adalah satu kesatuan spiritual yang tidak terpisahkan.

Melalui pergelaran tersebut, masyarakat Dayak Abai sekali lagi menunjukkan bahwa budaya bukan sekadar masa lalu yang dipertontonkan, melainkan nafas kehidupan yang mengikat masa kini dan masa depan Malinau.

Komentar (0)

Tinggalkan Komentar

* Email Anda tidak akan dipublikasikan. Semua kolom wajib diisi.

Memuat komentar...