Malinau
Ritual Dayak Punan yang Hidup Kembali: Mekan Taun Tano di Negeri Sang Pengendali Air
Admin
23 October 2025
3 views

Ritual Dayak Punan yang Hidup Kembali: Mekan Taun Tano di Negeri Sang Pengendali Air

Malinau – Masyarakat Dayak Punan menampilkan salah satu ritual adat tertua mereka, “Mekan Taun Tano”, dalam pagelaran seni budaya Dayak Punan yang digelar di Panggung Budaya Padan Liu’ Burung, Jumat (17/10/2025). Ritual sakral ini menjadi bagian dari rangkaian perayaan HUT ke-26 dan IRAU ke-11 Kabupaten Malinau.

Upacara adat Mekan Taun Tano merupakan bentuk penghormatan terhadap alam, tanah dan air  yang sejak dulu dipercaya sebagai sumber kehidupan yang tak ternilai bagi masyarakat Dayak Punan. Penampilan ini menjadi pengingat bagi generasi muda bahwa tradisi leluhur masih hidup dan perlu terus dijaga.

Ketua Adat Punan Malinau, Elison, S.Pd., M.Pd., menjelaskan bahwa upacara adat ini dahulu sering dilakukan oleh para leluhur Dayak Punan.

“Tujuan kami menampilkan kembali upacara adat ini agar masyarakat, terutama generasi muda, bisa melihat dan menyadari bahwa tradisi ini masih ada dan tetap menjadi bagian dari identitas kita,” ujarnya.

Ia juga menegaskan, masyarakat Dayak Punan sangat menghormati alam dan lingkungan.

“Dalam istilah kami, lunang telang otah ini, ungei telang keriman hutan adalah air susu ibu, dan air adalah kemuliaan. Tanpa air, kita tidak hidup,” tuturnya penuh makna.

Pagelaran seni budaya Dayak Punan tahun ini mengangkat semangat tema besar “Malinau Negeri Sang Pengendali Air”, selaras dengan subtema “Dari Malinau Menyala Harapan Menuju Kaltara Maju, Indonesia Emas.” Melalui semangat tersebut, masyarakat Dayak Punan ingin menegaskan bahwa pelestarian budaya dan kepedulian terhadap alam adalah bagian dari jati diri mereka.

Selain ritual adat, pagelaran ini juga menampilkan beragam tarian dan aktivitas seni khas Punan yang menggambarkan hubungan manusia dengan alam serta kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun.

Bupati Malinau Wempi W Mawa, S.E., M.H., yang hadir langsung dalam acara tersebut, memberikan apresiasi tinggi atas penampilan masyarakat Dayak Punan.

“Hari ini masyarakat Dayak Punan menampilkan sesuatu yang baru, dan ini luar biasa,” ucapnya di hadapan ribuan penonton.

Bupati Wempi menilai, penampilan ini bukan sekadar atraksi budaya, tetapi juga bentuk pendidikan bagi generasi muda agar tidak melupakan akar budayanya.

“Saya percaya, kegiatan festival budaya IRAU ini tidak semata-mata hanya menunjukkan atraksi, tapi juga meninggalkan pesan dan nilai. Jangan sampai sesuatu yang asli, yang milik kita, hilang lalu diklaim oleh orang lain,” tegasnya.

Ia pun mengajak seluruh masyarakat Dayak Punan untuk terus bangga terhadap identitasnya.

“Bangga dan jangan malu menjadi masyarakat Dayak Punan. Jadilah diri sendiri. Budaya adalah kita, dan kita adalah budaya itu sendiri,” pesan Bupati.

Wempi juga menyoroti banyaknya prestasi dan karya masyarakat Dayak Punan yang sudah dikenal luas, seperti kerajinan rotan, parang Pujungan, hingga batik bermotif Dayak Punan.

“Itu semua bukti bahwa karya masyarakat Punan punya nilai tinggi dan dikenal hingga luar daerah,” ujarnya bangga.

Bupati Wempi juga mengingatkan pentingnya menjaga persatuan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai kunci pembangunan.

“Kalau kita ingin maju dan bahagia ke depan, tidak ada jalan lain selain meningkatkan kualitas SDM. Dengan SDM unggul, kita bisa mengelola dan memanfaatkan semua potensi yang ada di sekitar kita,” ujarnya.

Dengan menampilkan ritual Mekan Taun Tano, masyarakat Dayak Punan bukan hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga memperkuat identitas budaya Kabupaten Malinau sebagai daerah yang menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal, persatuan, dan cinta lingkungan.

Komentar (0)

Tinggalkan Komentar

* Email Anda tidak akan dipublikasikan. Semua kolom wajib diisi.

Memuat komentar...