Malinau
Dari Illuy ke Kalong Raksasa, Dayak Tenggalan Buktikan Cinta Budaya dan Siap Pecahkan Rekor MURI
Admin
23 October 2025
3 views

Dari Illuy ke Kalong Raksasa, Dayak Tenggalan Buktikan Cinta Budaya dan Siap Pecahkan Rekor MURI

Malinau – Pagelaran seni budaya Suku Dayak Tenggalan menjadi salah satu momen berkesan dalam rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun ke-26 dan IRAU ke-11 Kabupaten Malinau. Bertempat di Panggung Budaya Padan Liu’ Burung, Rabu (15/10/2025), masyarakat Dayak Tenggalan menampilkan prosesi adat dan atraksi budaya yang memukau, termasuk pembuatan Illuy “Akan Nu Akion” dan pembawaan Kalong Nama’ayo atau bekang terbesar yang memiliki tinggi 4 meter dan lebar 1,5 meter. Karya ini rencananya akan diajukan untuk memecahkan rekor MURI, dengan pengumuman resmi pada saat penutupan IRAU nanti.

Bupati Malinau Wempi W Mawa, S.E., M.H. dalam sambutannya mengapresiasi semangat dan kekompakan masyarakat Dayak Tenggalan yang telah menampilkan budaya mereka dengan luar biasa.

“Hari ini kita telah bersama-sama mengikuti seluruh rangkaian IRAU yang ke-11 dan HUT Kabupaten Malinau yang ke-26. Salah satu yang luar biasa adalah upaya masyarakat Dayak Tenggalan yang berusaha memecahkan rekor MURI. Ini menunjukkan kerja keras dan kecintaan terhadap budaya sendiri,” ujar Bupati.

Bupati Wempi juga menilai bahwa pelibatan generasi muda dalam kegiatan budaya ini menjadi tanda baik bagi keberlanjutan adat dan tradisi.

“Saya melihat kemajuan yang luar biasa dibanding dua tahun lalu. Anak-anak muda sudah mulai terlibat langsung dalam setiap proses. Ini penting, karena pelestarian budaya harus dimulai sejak dini,” ungkapnya.

Dengan nada santai, Bupati juga menyinggung tentang keunikan busana adat yang dikenakan oleh masyarakat, termasuk hiasan kepala khas Dayak Tenggalan yang disebutnya “memiliki ciri khas tersendiri dan tak dimiliki masyarakat lain”. Ia pun mengingatkan agar tradisi dan keterampilan seperti melipat kain atau mengenakan hiasan kepala adat tetap diajarkan kepada generasi muda agar tidak hilang.

Lebih lanjut, Bupati Wempi mengenang pengalaman masa kecilnya saat masih sering mengurus proses pembuatan Illuy, makanan tradisional berbahan dasar sagu. Ia mengajak masyarakat untuk terus melestarikan makanan khas tersebut.

“Dulu Illuy ini wajib ada di setiap rumah, karena beras belum tentu sampai di kampung. Sekarang prosesnya memang sudah modern, tapi nilai dan sejarah di baliknya harus tetap kita jaga,” tuturnya sambil berkelakar mengingat kebiasaan dulu saat berlomba memarut sagu bersama warga.

Di akhir sambutannya, Bupati berharap agar seluruh elemen masyarakat Dayak Tenggalan dapat terus menjaga kemurnian budaya dengan cara mendokumentasikan dan menulis sejarah mereka sendiri.

“Kalau belum ada buku yang menulis tentang budaya Dayak Tenggalan, saya harap segera dibuat. Anak-anak muda sekarangkan jago IT, paling tidak direkam atau dibuat narasinya, supaya generasi mendatang tidak salah mengadopsi,” pesannya.

Sementara itu, Ketua Lembaga Adat Dayak Tenggalan Kabupaten Malinau, Kursani, menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Malinau atas kesempatan yang diberikan kepada suku Dayak Tenggalan untuk menampilkan warisan budaya mereka.

Kursani juga menegaskan bahwa masyarakat Dayak Tenggalan telah berupaya memberikan yang terbaik dalam setiap penampilan, termasuk menampilkan Kalong Nama’ayo yang diharapkan menjadi rekor MURI sebagai bekang terbesar di Indonesia.

Komentar (0)

Tinggalkan Komentar

* Email Anda tidak akan dipublikasikan. Semua kolom wajib diisi.

Memuat komentar...